I made this widget at MyFlashFetish.com.


I made this widget at MyFlashFetish.com.

Saturday, August 17, 2013

68 Tahun Indonesia Dilihat dari Kacamata Komunisme, Sebuah Renungan Kondisi Ekonomi Bangsa

Bismillah, tulisan ini hanya bersifat opini semata, bukan bermaksud untuk memprovokasi atau mencari sensasi, bila dalam tulisan ini terdapat kesalahan mohon dimaklumi dan saya sangat terbuka untuk menerima kritik. Terimakasih

Definisi-definisi:
Komunisme : Faham yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Frederich Engels dalam buku Manifest der Kommunistischen, Sebuah buku fenomenal yang mempengaruhi pemikiran pemimpin dunia. Buku ini merupakan buah fikiran dari ketidakpuasan terhadap sistem ekonomi kapitalis yang diperkenalkan oleh Adam Smith, dan kritik terhadap kondisi sosial akibat revolusi industri di eropa.
Komoditas : Sesuatu yang memiliki daya guna dan daya jual.

____________________________________________________________________________________________

Dalam perkembangan kehidupan manusia untuk mempertahankan hidupnya manusia awalnya berburu dan bersifat nomaden, namun kondisi ini nampaknya melelahkan dan kemudian manusia mulai menemukan cara memproduksi kebutuhan mereka melalui cara bercocok tanam sehingga pada gilirannya manusia mulai menetap di suatu tempat. Perkembangan terus terjadi, tiap induvidu memiliki kemampuan yang berbeda dan terjadilah spesialisasi, kebutuhan pun terus berkembang yang kemudian melahirkan sistem barter. Tentu saja hal ini terjadi karena tidak mungkin petani memakan beras setiap hari, keperluan asupan protein juga perlu dipenuhi dan cara termudah adalah dengan menukarkan komoditasnya dengan peternak yang memiliki daging dan membutuhkan beras. Inilah yang disebut sebagai "the double coincidence of wants". Sistem barter ternyata menimbulkan masalah baru, yaitu sulitnya tercapai kesepakatan akan nilai suatu barang. Ketidakpuasan ini pada akhirnya melahirkan mata uang yang pada mulanya berbentuk kerang, kemudian beralih ke logam mulia, dan kemudian menjadi mata uang kertas seperti yang kita gunakan saat ini. Penemuan uang memicu revolusi ekonomi dimana harga barang bisa ditentukan, kemudian revolusi industri semakin memicu pertumbuhan ekonomi. dengan segala modernisasinya industri berjalan dan menghasilkan produk yang tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan bagi produsennya sebagaimana terjadi di zaman dahulu, tetapi dengan biaya pembuatan yang dapat ditekan seminimal mungkin karena meningkatnya efektivitas maka produk yang dihasilkan pun bisa lebih banyak dan orientasinya tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan tetapi orientasinya bersifat komersil.

Segala kemajuan industri nyatanya tidak menyelesaikan masalah. Dibalik meningkatnya efektivitas, menurunnya  biaya produksi, dan melimpahnya ketersediaan komoditas, terbentuk masalah baru yang tak dapat dihindari. Industri bagaimanapun juga memerlukan teknologi, alat produksi, dan tenaga kerja, yang justru hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang memiliki modal. Pemilik modal adalah orang-orang yang paling berkepentingan dengan hasil penjualan, dengan prinsip memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dan menekan biaya hingga sekecil-kecilnya, mereka akan mencoba mengurangi biaya produksi, mulai dari bahan baku hingga upah tenaga kerja. serta mereka juga akan berupaya meningkatkan harga jual produk mereka dengan berbagai macam cara juga, dengan mengiklankan produk mereka bahkan tanpa segan membatasi jumlah produk yang berada di pasaran. Sementara kaum pekerja (proletar) yang (biasanya) tidak memiliki modal dan alat produksi secara otomatis hanya akan menggantungkan hidup mereka pada upah mereka yang berdasarkan jam kerja, dengan kata lain mereka hanya menjual tenaga mereka yang pada akhirnya habis dieksploitasi untuk mendapat upah yang justru kemudian dikeluarkan untuk membeli barang hasil industri yang notabene menguntungkan pemilik modal.

Disini jelas sekali ada ketidakadilan dimana pemilik modal bisa dengan mudah dengan alasan kepentingannya, mengontrol jumlah barang yang ada di pasaran untuk menjaga kestabilan harga komoditas sehingga tetap berada dalam range keuntungan maksimalnya. sedangkan pekerja hanya bisa membeli barang di pasaran sesuai harga yang berlaku, dan bila mereka berhenti bekerja mereka tidak akan mendapat upah dan keberadaannya tersingkirkan oleh pekerja yang lain. Dalam kasus paling ekstreme misalnya seorang pemilik modal akan membuang kelebihan produk atau menahan suplai produk ke pasaran demi menarik keuntungan sebesar-besarnya. Karena dianggap terjadi kelangkaan maka harga barang menjadi tinggi dan hanya sedikit orang saja yang bisa membelinya. Akibatnya banyak orang yang menderita bila hal ini terjadi pada komoditas-komoditas penting seperti sembako. Ironi lain adalah banyaknya makanan kemasan yang dibiarkan kadaluarsa, padahal di luar sana banyak orang kelaparan. Alasannya orang-orang kelaparan itu tidak mampu menembus harga yang ditetapkan untuk makanan kemasan tersebut. jadi saya simpulkan harga komoditas lebih penting (bagi pemilik modal) daripada nyawa manusia lainnya. Ketidakpuasan terhadap kondisi sosial-ekonomi tersebutlah yang memicu lahirnya komunisme, paham yang menuntut peniadaan kelas, semua kepentingan ekonomi adalah untuk bersama, dan menjunjung sama rata sama rasa. Dalam perkembangan penerapannya yang lebih ekstrim maka penyetaraan dan penghapusan kelas tidak hanya diaplikasikan pada masalah ekonomi saja, namun meluas ke masalah sosial dan religi.

Lalu apa hubungannya dengan Indonesia? Di Indonesia yang sudah merdeka selama 68 tahun ini saya melihat ada pola yang mirip sekali dengan cerita di atas. Kita Bangsa Indonesia adalah negara yang tidak memiliki kemampuan teknologi maupun modal sehingga jelas kita bukanlah pemilik modal. Dan seperti yang kita tahu salah satu sumber devisa negara kita adalah TKI yang notabene adalah pekerja, dengan kondisi ini saya ambil kesimpulan bahwa kita adalah bangsa buruh. Untuk meyakinkan anda maka saya ambil contoh lain. Indonesia terkenal sebagai negara pengekspor bahan mentah (lagi-lagi untuk mendapat devisa) dan pengimpor barang jadi. Apa yang dapat kita simpulkan? Indonesia karena tidak memiliki teknologi, dan modal, (meskipun mungkin memiliki keahlian) terpaksa menjual hasil buminya untuk kemudian diolah oleh negara industri untuk kemudian dipasarkan kembali ke Indonesia dengan harga yang berlipat ganda. INI ADALAH PENJAJAHAN MODERN SECARA EKONOMI. bila kondisi seperti ini terus berlanjut maka bukan tidak mungkin Indonesia akan terus berada di bawah dominasi negara-negara pemilik modal (yang berkepentingan dan mungkin sekali mempermainkan pasar). Di tatanan dunia bisa jadi Indonesia digolongkan sebagai bangsa buruh (proletar). Bila keadaan terus berjalan seperti ini dan terjadi ketidakpuasan yang meluas di Negeri kita bukan tidak mungkin suatu hari nanti akan pecah suatu revolusi di Indonesia. Maka mari kita renungkan, sudahkah Indonesia merdeka? mari kita bangkit dan menjadi bangsa yang mandiri, kuat, dan disegani.

“…lebih baik Indonesia tenggelam ke dasar lautan daripada menjadi embel-embel bangsa lain" -Muhammad Hatta-

No comments:

Post a Comment