I made this widget at MyFlashFetish.com.


I made this widget at MyFlashFetish.com.

Sunday, May 6, 2012

Aku dan Sisifus



 "Perjuangan itu sendiri... sudah cukup untuk mengisi hati manusia. Kita harus membayangkan bahwa Sisifus berbahagia."


Sebenarnya aku tak terlalu tahu banyak tentang Sisifus, hanya seorang yang dihukum dengan mengangkat batu karang ke puncak bukit, setelah itu batu tersebut menggelinding kembali ke dasar bukit. Dia mengulanginya lagi dan begitu seterusnya. Hal itu begitu sejalan dengan pemikiranku dan tentunya berarti Albert Camus (Penulis Cerita Sisifus) memiliki pemikiran yang sama denganku, atau mungkin mempengaruhi pemikiranku, bahkan bisa jadi pada dasarnya setiap manusia memiliki pemikiran yang sama. Pemikiran tentang dirinya, pemikiran tentang arti hidupnya.


Apa hubungannya  cerita Sisifus dan kisah kehidupan manusia? Yang dapat aku simpulkan adalah bahwa tiap manusia takkan pernah mampu mencapai kebahagiaan yang sempurna, semua manusia akan terus meminta dan mencari. Ya, sejarah telah membuktikannya, beribu pemberontakan, beribu revolusi, jutaan korban jiwa adalah saksi bahwa manusia takkan pernah puas.


Sebuah gedung pemerintahan yang korup akan dihancurkan oleh para revolusioner yang membencinya, sebuah mahkota raja yang lalim, sebuah patung megah seorang diktator, atau apapun yang menjadi perlambang akan sebuah kekuasaan kemudian akan dihancurkan oleh pihak perlawanan. Lalu apa ada hubungannya dengan hidup manusia? Tentu saja ada! Pemerintahan adalah sebuah bentuk harapan dan optimisme serta perwujudan keinginan untuk hidup damai, aman, dan sejahtera. Setidaknya awalnya adalah seperti itu, sebelum kemudian masuknya ego dan keinginan untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan yang bersifat individu dari tiap orang yang terlibat di dalamnya. Kemudian pemerintahan menjadi alat bagi seseorang yang dominan untuk mencapai segala mimpinya, idealisme akan bentuk kebahagiaan dan kesempurnaan. Dari situ akan tercipta sebuah sistem yang korup yang menghalalkan segala cara, dimana ia akan menjadi busuk.


Maka akan hadir seorang pemberontak, seorang Juru Selamat bagi kaumnya, sesosok setan besar bagi lawannya, ia akan begitu teguh dan mempesona, memimpin pergerakan tanpa rasa takut, bersikap acuh seperti tak mengharapkan imbalan! ia akan terus bergerak hingga ia berhasil menghancurkan simbol kelaliman, simbol kejahatan dan kemudian ia akan menjadi simbol baru! simbol sebuah harapan, simbol perlawanan atas ketidak-adilan. Maka kita akan lihat ia dipuja dan berkuasa, dan yang akan terjadi berikutnya? kita lihat saja akankah ia lupa daratan dan kemudian menjadi lalim sebagaimana lawannya dahulu? bila ia dapat mampu bertahan sebagai "orang bijak" akankah pengikutnya, orang-orang yang memegang faham dan pemikirannya mampu untuk meneruskan perjuangannya, menjaga kemurnian idealismenya?


Sejarah membuktikan segalanya. Bahwa berikutnya akan terjadi revolusi kembali! Simbol Harapan yang lama akan dihancurkan karena kini tak lagi relevan. entah itu tak lagi sesuai zaman atau karena tak lagi sama karena masuknya campur tangan dan modifikasi yang mengurangi keasliannya. Ya! Simbol Harapan lama itu akan dihancurkan! kemudian diganti dengan simbol harapan yang baru melalui sebuah perjuangan, melalui sebuah revolusi! sehingga lahirlah harapan baru! harapan yang membawa perubahan! harapan yang akan membawa kedamaian! sebelum nantinya dihancurkan lagi, dibuat lagi, dihancurkan lagi, dan begitu seterusnya. Tak ubahnya Sisifus yang dihukum dengan mengangkat batu karang ke puncak bukit hingga kemudian batu tersebut menggelinding kembali ke dasar bukit. Ia mengulanginya lagi dan begitu seterusnya. Pada dasarnya manusia penuh akan keperluan berfikir, keperluan akan berjuang, keperluan untuk mencari, menciptakan, dan memperjuangkan arti hidupnya. "Maka perjuangan itu sendiri... sudah cukup untuk mengisi hati manusia. Kita harus membayangkan bahwa Sisifus berbahagia."


maka seperti itulah aku, seperti itulah kita, kita adalah Sisifus, kita adalah sisifus yang akan terus berjuang untuk alasan hidupnya kita di muka bumi ini

No comments:

Post a Comment