Kulihat
tentara Zionis itu bergerombol dan menuliskan sesuatu pada reruntuhan dinding
rumah warga, mereka terlibat dalam pembicaraan bertempo tinggi seolah-olah
membicarakan hal yang penting. Setelah mereka selesai lalu mereka berjalan
dengan angkuhnya, berpatroli dengan gaya mengintimidasi yang sombong dan
pongah, seolah-olah mereka adalah penguasa atas tanah kami, seolah-olah
merekalah yang menentukan hidup dan matinya kami.
Cuaca
hari ini kering dan terik, seperti hari-hari yang telah lalu, sekering
airmataku yang telah habis karena kehilangan keluarga dan sahabat-sahabatku
yang telah syahid, Bangsa Zionis itu dengan ganas dan biadab menyerang kami
dari segala sisi, mereka bahkan lebih
senang melihat kami anak-anak palestina cacat, membiarkan kami hidup dalam
derita, dan membuat kami hidup dalam ketakutan dari terror yang mereka buat.
Namun itu semua takkan melemahkan kami sedikitpun, kami takkan kalah, digempur
sejak berdirinya negeri zionis itu tak membuat kami takut, kami masih hidup, kami
masih ada dan kami masih mampu untuk melawan. Meskipun hanya dengan bermodalkan
segenggam batu, maka kami takkan pernah berhenti melawan.
Jauh
fikiranku menerawang, aku tersadar tentara zionis itu telah pergi menjauh,
kudekati dinding itu “Kami takkan berhenti sampai disini” tulisan itu rasanya
menohok ulu hatiku. Kuingat kemarin malam mereka baru saja melancarkan
serangan, membantai warga yang tak berdosa dengan membabi-buta. Memang
keganasan dan kebiadaban zionis sudah melegenda, mereka bahkan membunuhi para relawan
bantuan kemanusiaan dan bahkan wartawan yang dilindungi oleh hukum
internasional. Lalu kami? Kami yang menjadi sasaran utama mereka sudah tentu
mereka hancurkan tanpa sedikitpun belas kasihan. Dan mereka dengan sombongnya
menulis “Kami takkan berhenti sampai disini” persis seperti yang difirmankan Allah
dalam Al Qur’an bahwa Orang yahudi tak akan rela hingga kita mengikuti mereka.
Namun aku percaya bahwa kemenangan akan menjadi milik kami Umat Muslim
sebagaimana yang telah Allah janjikan.
Tulisan itu menunjukkan bahwa
sepertinya malam ini mereka akan kembali melancarkan aksinya, biasanya mereka
melakukannya pada waktu larut malam, ketika kami telah tertidur, di tengah
ketidaksiapan kami dan dengan segala senjata dan teknologi yang mereka miliki,
kesempatan kami melawan kian kecil saja. Namun semua itu tak menyurutkan
tekadku untuk melawan mereka. Aku dan kawan-kawanku telah mempersiapkan
serangan balasan bagi para tentara zionis itu. Rencananya siang ini kami akan
melakukan konfrontasi pada para tentara patroli itu. biasanya tentara yahudi
yang berpatroli di siang hari berada kurang sigap karena merasa takkan ada yang
berani menyerangnya.
Namaku Husein, usiaku baru 18
tahun, aku adalah anggota kelompok perlawanan, kami bergerak di bawah
tanah, kami memiliki organisasi yang
tersusun rapi dan kami memiliki senjata yang cukup mampu diandalkan untuk
memberikan perlawanan. Hari ini aku tengah bertugas sebagai mata-mata. Aku
menyamar sebagai warga biasa dan mengawasi pergerakan para tentara zionis itu
dan terus memberi kabar pada kawan-kawanku yang telah bersiap-siap memberikan
kejutan pada para tentara yahudi itu.
Waktu menuju penyerangan pun semakin dekat, darahku berdesir semakin
kencang. Aku sangat siap untuk melihat malaikat maut menjemput nyawa 10 tentara
yahudi yang tengah berpatroli itu, mencabuti jiwa-jiwa mereka yang busuk itu
dari bumi ini, dan kemudian melemparkannya ke neraka jahannam.
Begitu kurasa tepat untuk
melakukan penyerangan akupun memberikan pesan kode melalui telepon genggam yang
kubawa, akupun berlari dan bergegas masuk ke salah satu rumah warga yang
merupakan pintu masuk ke markas bawah tanah kami. Disana telah ada Khalid yang
telah mempersiapkan senjata untukku, ditengah kesibukanku mempersiapkan diri
diatas sana telah terdengar baku tembak antara tentara Yahudi Laknatullah itu
dengan kawan-kawanku tentara perlawanan. Setelah melihat aku siap Khalid pun
memimpin pembacaan do’a untuk keselamatan kami, kulihat ada Hamzah, Yazid, dan
Yusuf juga disini.
Kami pun bergegas keluar dari
persembunyian dan mengkonfrontasi para tentara Zionis itu. Di tengah
kebingungan mereka akan serangan sembunyi-sembunyi dari kawan-kawanku yang
telah lebih dulu menyerang. kini mereka dihadapkan dengan konfrontasi
terang-terangan. Kulihat 3 dari mereka telah tergeletak di tanah, maka tinggal
ada 7 tentara lagi yang harus kami habisi. Semangatku memuncak, aku telah siap
untuk menyerahkan Jiwaku di Jalan Allah, aku sangat siap untuk Syahid batinku
dalam hati.
Senapan kami mulai memuntahkan
timah panas dari moncongnya, menyalak dengan gagah untuk menegakkan keadilan di
atas tanah kami. Kulihat Hamzah
dengn gagah berani maju dan menembakkan senjatanya, “Dor, Dordordor, Dor”
Rentetan peluru yang dimuntahkan senapan AK-47-nya menciutkan nyali para tentara
Zionis itu, langkah agresif Hamzah membuatku khawatir, dia memang bernyali
besar meskipun berkali-kali hampir menemui ajalnya namun dia tetap saja
selamat. Satu tembakan lagi dari senapannya dan rubuhlah satu tentara zionis
itu, kulihat para tentara zionis itu lari tunggang-langgang mencari
perlindungan, namun Hamzah tanpa takut mengejarnya dan menyemburkan semua isi
senapannya dan menjatuhkan 2 lagi tentara Yahudi, Hamzah yang praktis sudah
kekurangan amunisi kemudian mundur sambil mengisi senapannya dan memberikan
kesempatan bagi kami untuk menyerang.
Khalid
yang pandai berstrategi kemudian memberikan arahannya pada kami dan memberi
komando pada kami, dia yang begitu faham seluk beluk medan ini telah
memperkirakan dimana para tentara Yahudi itu bersembunyi Dia membagi kami dalam
dua tim dan menginstruksikan kami untuk mengambil jalan memutar sehingga
mendapat keuntungan untuk menyerang tentara yahudi dari belakang. Sesuai
perkiraan Khalid tentara yahudi itu berlindung di balik rumah warga di
persimpangan jalan. Tanpa basa-basi kami-pun menghabisi mereka di tempat.
Namun
ternyata mereka telah memanggil bala bantuan dan kulihat ada Helikopter yang
mendekati zona tempur kami, kami pun mengendurkan serangan dan mengambil
langkah mundur. Semua berjalan lancar hingga tiba-tiba Hamzah ambruk, dadanya
tertembus timah panas yang entah darimana asalnya. Dalam kondisi panik kami mencoba menyelamatkan Hamzah dan
membawanya ke persembunyian kami. Namun di ujung jalan kulihat ada tentara yahudi
dalam formasi tempur. Kulihat ada sekitar 15 tentara Yahudi yang sepertinya
merupakan tentara bantuan dari rekan mereka yang telah kami habisi. Khalid
kemudian mengarahkan agar aku dan Yusuf pergi menyelamatkan Hamzah sebelum
keadaannya semakin buruk. Sementara dirinya dan Yazid menjadikan diri mereka
sebagai umpan sebelum tentara Yahudi itu berpencar dan mempersulit keadaan.
Sementara itu teman-teman kami yang menyerang secara sembunyi-sembunyi mulai
melancarkan serangan secara frontal.
Ditengah
gaduh desing peluru kulihat Yazid telah syahid, kepalanya tertembus peluru,
sementara Khalid masih berusaha melawan para tentara Yahudi dan mengalihkan
perhatian mereka. Disaat aku telah dekat ke persembunyianku kemudian ada angin
yang berhembus kencang, menerbangkan debu dan pasir ke berbagai arah, mataku
perih perasaan buruk pun menggelayutiku, ternyata helikopter Yahudi telah menemukan
kami, maka kami pun harus mencari pintu lain agar persembunyian kami tidak
diketahui musuh, sementara kami berfikir keras dan berlindung. Helikopter itu
menembakkan pelurunya dan menebar terror bagi kami, ditengah kebingungan itu
kulihat Khalid mendekat, rupanya ia telah kerepotan juga meladeni para tentara
Israel itu.
Keadaan
Hamzah makin kritis, sementara tentara Israel nampaknya semakin mendekat, dan
Helikopter yang menggentayangi kami semakin memperburuk keadaan, maka kami
mengambil langkah nekat, kami akan memasuki pintu persembunyian terdekat dengan
resiko tempat persembunyian kami akan diketahui musuh, namun demi keselamatan
kami semua maka kami ambil keputusan itu. Kami berlari sambil menggotong tubuh
Hamzah, namun Helikopter yang telah menanti kami keluar dari persembunyian
dengan sigap menembakkan pelurunya, aku terjerembab, nafasku kian berat, semua
menjadi gelap dan hanya ucapan “Laa ilahailallah” dari bibirku yang
dapat kudengar, dalam hati kuberdo’a semoga Yusuf dan Khalid berhasil dan dapat
menyelamatkan Hamzah. Hari ini aku bahagia, aku akan bertemu kekasihku
Rasulullah Muhammad SAW dan semua keluargaku muslimin dan muslimat. Kini aku
telah Syahid, dan saksikanlah aku meninggal sebagai seorang muslim. Darah kami
untuk Tanah kami. ALLAHU’AKBAR!!!
ALLAHU’AKBAR!!! ALLAHU’AKBAR!!!
No comments:
Post a Comment