I made this widget at MyFlashFetish.com.


I made this widget at MyFlashFetish.com.

Sunday, May 6, 2012

CERPENKU : Darah Kami untuk Tanah Kami





               Kulihat tentara Zionis itu bergerombol dan menuliskan sesuatu pada reruntuhan dinding rumah warga, mereka terlibat dalam pembicaraan bertempo tinggi seolah-olah membicarakan hal yang penting. Setelah mereka selesai lalu mereka berjalan dengan angkuhnya, berpatroli dengan gaya mengintimidasi yang sombong dan pongah, seolah-olah mereka adalah penguasa atas tanah kami, seolah-olah merekalah yang menentukan hidup dan matinya kami.
               Cuaca hari ini kering dan terik, seperti hari-hari yang telah lalu, sekering airmataku yang telah habis karena kehilangan keluarga dan sahabat-sahabatku yang telah syahid, Bangsa Zionis itu dengan ganas dan biadab menyerang kami dari segala sisi,  mereka bahkan lebih senang melihat kami anak-anak palestina cacat, membiarkan kami hidup dalam derita, dan membuat kami hidup dalam ketakutan dari terror yang mereka buat. Namun itu semua takkan melemahkan kami sedikitpun, kami takkan kalah, digempur sejak berdirinya negeri zionis itu tak membuat kami takut, kami masih hidup, kami masih ada dan kami masih mampu untuk melawan. Meskipun hanya dengan bermodalkan segenggam batu, maka kami takkan pernah berhenti melawan.
               Jauh fikiranku menerawang, aku tersadar tentara zionis itu telah pergi menjauh, kudekati dinding itu “Kami takkan berhenti sampai disini” tulisan itu rasanya menohok ulu hatiku. Kuingat kemarin malam mereka baru saja melancarkan serangan, membantai warga yang tak berdosa dengan membabi-buta. Memang keganasan dan kebiadaban zionis sudah melegenda, mereka bahkan membunuhi para relawan bantuan kemanusiaan dan bahkan wartawan yang dilindungi oleh hukum internasional. Lalu kami? Kami yang menjadi sasaran utama mereka sudah tentu mereka hancurkan tanpa sedikitpun belas kasihan. Dan mereka dengan sombongnya menulis “Kami takkan berhenti sampai disini” persis seperti yang difirmankan Allah dalam Al Qur’an bahwa Orang yahudi tak akan rela hingga kita mengikuti mereka. Namun aku percaya bahwa kemenangan akan menjadi milik kami Umat Muslim sebagaimana yang telah Allah janjikan.
               Tulisan itu menunjukkan bahwa sepertinya malam ini mereka akan kembali melancarkan aksinya, biasanya mereka melakukannya pada waktu larut malam, ketika kami telah tertidur, di tengah ketidaksiapan kami dan dengan segala senjata dan teknologi yang mereka miliki, kesempatan kami melawan kian kecil saja. Namun semua itu tak menyurutkan tekadku untuk melawan mereka. Aku dan kawan-kawanku telah mempersiapkan serangan balasan bagi para tentara zionis itu. Rencananya siang ini kami akan melakukan konfrontasi pada para tentara patroli itu. biasanya tentara yahudi yang berpatroli di siang hari berada kurang sigap karena merasa takkan ada yang berani menyerangnya.
               Namaku Husein, usiaku baru 18 tahun, aku adalah anggota kelompok perlawanan, kami bergerak di bawah tanah,  kami memiliki organisasi yang tersusun rapi dan kami memiliki senjata yang cukup mampu diandalkan untuk memberikan perlawanan. Hari ini aku tengah bertugas sebagai mata-mata. Aku menyamar sebagai warga biasa dan mengawasi pergerakan para tentara zionis itu dan terus memberi kabar pada kawan-kawanku yang telah bersiap-siap memberikan kejutan pada para tentara yahudi itu.  Waktu menuju penyerangan pun semakin dekat, darahku berdesir semakin kencang. Aku sangat siap untuk melihat malaikat maut menjemput nyawa 10 tentara yahudi yang tengah berpatroli itu, mencabuti jiwa-jiwa mereka yang busuk itu dari bumi ini, dan kemudian melemparkannya ke neraka jahannam.
               Begitu kurasa tepat untuk melakukan penyerangan akupun memberikan pesan kode melalui telepon genggam yang kubawa, akupun berlari dan bergegas masuk ke salah satu rumah warga yang merupakan pintu masuk ke markas bawah tanah kami. Disana telah ada Khalid yang telah mempersiapkan senjata untukku, ditengah kesibukanku mempersiapkan diri diatas sana telah terdengar baku tembak antara tentara Yahudi Laknatullah itu dengan kawan-kawanku tentara perlawanan. Setelah melihat aku siap Khalid pun memimpin pembacaan do’a untuk keselamatan kami, kulihat ada Hamzah, Yazid, dan Yusuf juga disini.
               Kami pun bergegas keluar dari persembunyian dan mengkonfrontasi para tentara Zionis itu. Di tengah kebingungan mereka akan serangan sembunyi-sembunyi dari kawan-kawanku yang telah lebih dulu menyerang. kini mereka dihadapkan dengan konfrontasi terang-terangan. Kulihat 3 dari mereka telah tergeletak di tanah, maka tinggal ada 7 tentara lagi yang harus kami habisi. Semangatku memuncak, aku telah siap untuk menyerahkan Jiwaku di Jalan Allah, aku sangat siap untuk Syahid batinku dalam hati.
               Senapan kami mulai memuntahkan timah panas dari moncongnya, menyalak dengan gagah untuk menegakkan keadilan di atas tanah kami. Kulihat Hamzah dengn gagah berani maju dan menembakkan senjatanya, “Dor, Dordordor, Dor” Rentetan peluru yang dimuntahkan senapan AK-47-nya menciutkan nyali para tentara Zionis itu, langkah agresif Hamzah membuatku khawatir, dia memang bernyali besar meskipun berkali-kali hampir menemui ajalnya namun dia tetap saja selamat. Satu tembakan lagi dari senapannya dan rubuhlah satu tentara zionis itu, kulihat para tentara zionis itu lari tunggang-langgang mencari perlindungan, namun Hamzah tanpa takut mengejarnya dan menyemburkan semua isi senapannya dan menjatuhkan 2 lagi tentara Yahudi, Hamzah yang praktis sudah kekurangan amunisi kemudian mundur sambil mengisi senapannya dan memberikan kesempatan bagi kami untuk menyerang.
               Khalid yang pandai berstrategi kemudian memberikan arahannya pada kami dan memberi komando pada kami, dia yang begitu faham seluk beluk medan ini telah memperkirakan dimana para tentara Yahudi itu bersembunyi Dia membagi kami dalam dua tim dan menginstruksikan kami untuk mengambil jalan memutar sehingga mendapat keuntungan untuk menyerang tentara yahudi dari belakang. Sesuai perkiraan Khalid tentara yahudi itu berlindung di balik rumah warga di persimpangan jalan. Tanpa basa-basi kami-pun menghabisi mereka di tempat.
               Namun ternyata mereka telah memanggil bala bantuan dan kulihat ada Helikopter yang mendekati zona tempur kami, kami pun mengendurkan serangan dan mengambil langkah mundur. Semua berjalan lancar hingga tiba-tiba Hamzah ambruk, dadanya tertembus timah panas yang entah darimana asalnya.          Dalam kondisi panik kami mencoba menyelamatkan Hamzah dan membawanya ke persembunyian kami. Namun di ujung jalan kulihat ada tentara yahudi dalam formasi tempur. Kulihat ada sekitar 15 tentara Yahudi yang sepertinya merupakan tentara bantuan dari rekan mereka yang telah kami habisi. Khalid kemudian mengarahkan agar aku dan Yusuf pergi menyelamatkan Hamzah sebelum keadaannya semakin buruk. Sementara dirinya dan Yazid menjadikan diri mereka sebagai umpan sebelum tentara Yahudi itu berpencar dan mempersulit keadaan. Sementara itu teman-teman kami yang menyerang secara sembunyi-sembunyi mulai melancarkan serangan secara frontal.
               Ditengah gaduh desing peluru kulihat Yazid telah syahid, kepalanya tertembus peluru, sementara Khalid masih berusaha melawan para tentara Yahudi dan mengalihkan perhatian mereka. Disaat aku telah dekat ke persembunyianku kemudian ada angin yang berhembus kencang, menerbangkan debu dan pasir ke berbagai arah, mataku perih perasaan buruk pun menggelayutiku, ternyata helikopter Yahudi telah menemukan kami, maka kami pun harus mencari pintu lain agar persembunyian kami tidak diketahui musuh, sementara kami berfikir keras dan berlindung. Helikopter itu menembakkan pelurunya dan menebar terror bagi kami, ditengah kebingungan itu kulihat Khalid mendekat, rupanya ia telah kerepotan juga meladeni para tentara Israel itu.
               Keadaan Hamzah makin kritis, sementara tentara Israel nampaknya semakin mendekat, dan Helikopter yang menggentayangi kami semakin memperburuk keadaan, maka kami mengambil langkah nekat, kami akan memasuki pintu persembunyian terdekat dengan resiko tempat persembunyian kami akan diketahui musuh, namun demi keselamatan kami semua maka kami ambil keputusan itu. Kami berlari sambil menggotong tubuh Hamzah, namun Helikopter yang telah menanti kami keluar dari persembunyian dengan sigap menembakkan pelurunya, aku terjerembab, nafasku kian berat, semua menjadi gelap dan hanya ucapan “Laa ilahailallah” dari bibirku yang dapat kudengar, dalam hati kuberdo’a semoga Yusuf dan Khalid berhasil dan dapat menyelamatkan Hamzah. Hari ini aku bahagia, aku akan bertemu kekasihku Rasulullah Muhammad SAW dan semua keluargaku muslimin dan muslimat. Kini aku telah Syahid, dan saksikanlah aku meninggal sebagai seorang muslim. Darah kami untuk  Tanah kami. ALLAHU’AKBAR!!! ALLAHU’AKBAR!!! ALLAHU’AKBAR!!!

No comments:

Post a Comment