Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasaaku tidak 'kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
1946
Karya Chairil Anwar
Puisi ini, entahlah tiba-tiba terfikir, sepertinya ada memori yang tiba-tiba lekat dengannya...
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Pasti banyak sekali orang di luar sana, yang pernah merasa sia-sia apa yang ia kerjakan. Setelah apa yang mereka lakukan tapi tak dapat ia rasa yang ia damba-dambakan. Tapi tidak bagiku, Cintaku, dimanakah kini dirimu? apa yang sedang kamu lakukan? sudikah kau menantiku? Cintaku, mungkin bahkan kita belum pernah bertemu, tapi siapa yang tahu? mungkin rumahmu hanya beberapa langkah saja dari tempatku menulis kini, mungkin engkau di sebrang laut sana, bisa jadi juga kau sebenarnya telah lama kukenal, entahlah, Cintaku, aku merindukanmu, lengkapilah aku, jadilah tulang rusukku, sementara kita belum jua bertemu, panjatkanlah do'amu, mudah-mudahan kelak ketika kita bertemu, kau tidak kecewa akan siapa diriku. Cintaku, rasanya telah lama kita terpisah, mungkin di alam sana kita pernah bercanda dan tertawa bersama, Cintaku... aku ingin duduk disampingmu, biarkanlah aku bersandar, aku ingin bercerita...
No comments:
Post a Comment