Seseorang yang telah menginspirasi langkahku, seseorang yang kurindukan, masih teringat jelas kata-katanya "aku ingin pergi ke Inggris" yang lalu kujawab sambil tersenyum "kalau begitu mulai hari ini aku tetapkan bahwa kita akan pergi ke Inggris!" dan seraya tersenyum ia mengamininya "AAMIIN" entahlah senyumannya membuatku bersemangat, kurasakan energi hangat dan optimisme dengan hanya menatap matanya. Namanya Tyas, seorang wanita sederhana, cerdas, berkacamata, tomboy namun anggun, sosok yang begitu menginspirasiku, mungkin ia orang yang paling berpengaruh di hidupku. Aku akan senang bila mampu membuat ia senang. Mengingat hal itu senyumpun mengembang di bibirku, di tengah lamunanku, tiba-tiba suara kecil menyadarkanku "baiklah anak-anak Bapak rasa cukup sekian materi hari ini, jangan lupa untuk membaca buku panduan kalian di rumah ya, selamat siang" dan setelah menjawab salam dari Sang Professor semua anak bergegas untuk keluar kelas. aku memilih untuk tidak tergesa-gesa, karena hari ini aku akan bertemu dengan Tyas, ia pasti telah menunggu di depan kelas, tentu saja karena kami tak mengambil kelas yang sama, lebih tepatnya kami tidak dari jurusan yang sama. Aku ingin keluar dari kelas dengan tenang, dengan elegan, agar aku dapat terlihat tampan, setidaknya bagi Tyas, aku tak mau terlihat terburu-buru, aku ingin sedikit jaim kali ini. Setelah kelas mulai sepi akupun merapikan buku-ku dan kemudian melangkah keluar kelas.
Tepat saat aku melangkahkan kaki keluar kelas disana telah kulihat Tyas berdiri menantiku, ia tersenyum melihatku, dengan santai kubalas senyumnya. "Jadi mau kemana kita hari ini?" tanyanya singkat memulai pembicaraan, "gimana kalo kita ke Perpus aja?" jawabku, "hmm bukan ide buruk, lagian hari ini panas, AC di perpus mungkin bisa membantu" katanya sambil tersenyum, langkahku tiba-tiba terasa ringan, kami pun berjalan beriringan menuju perpus yang hanya berjarak 200 meter dari ruang kuliahku, melewati lorong yang disampingnya terdapat taman, rasanya lorong ini tiba-tiba menjadi milik kami berdua, setidaknya itulah yang ada di fikiranku, detik-detik yang indah terasa begitu cepat, tiba-tiba kami sudah di depan pintu perpustakaan, bangunan bercat biru yang berdiri kokoh dengan 6 lantai dan segala fasilitas serta buku-buku didalamnya selalu mampu membuatku tertarik untuk selalu datang kembali. Kamipun menyimpan tas kami di locker dan mulai berjalan ke lantai 3, ruang majalah, ruangan favoritku, aku membawa laptop, dan Tyas berjalan di sampingku.
Begitu sampai kami mulai mencari tempat duduk dan kemudian mencari bahan bacaan. kebahagiaan begitu sederhana rupanya hari ini, berada di sisinya saja sudah membuatku begitu senang. kutatap lekat-lekat dirinya, gerak-geriknya, seolah tak ingin sedikitpun ada hal yang terlewat darinya, aku ingin mengabadikan tiap momen ini. "Kamu ngapain sih ngeliatin aku? tuh majalah baca, laptop juga malah dianggurin, huu" celotehnya jahil, aku salah tingkah dan mulai memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaannya, wajahku memerah, ia menangkap basah aku memandangi dirinya, aah sial! "hmm gapapa kok lucu aja liat kamu daritadi senyum-senyum terus, lagi seneng yaa?" jawabku seolah tak terjadi apa-apa, "iih muka kamu merah tuh! haha hayoh malu yaa ketauan liatin aku!" potongnya sambil menggodaku dengan gaya sok imut, aah aku tak tahu harus bagaimana, maksudku ini bukan percakapan biasa, kami hanya teman, tapi tidak sesederhana itu juga, aku harus benar-benar mempertimbangkan tiap perkataanku agar ia merasa nyaman, tidak terlalu jauh namun juga tidak terlalu dekat. "ah kamu belum jawab! kamu kok senyum-senyum terus sih? lagi seneng ya?" jawabku lagi mencoba mengalihkan arah pembicaraan. "Iya aku lagi seneng, kita hari ini jalan-jalan berdua ke perpus soalnya! hahaha" jawabnya enteng dengan tawa renyah. Entah semua itu kata-kata yang polos apa adanya entah itu kata-kata yang ia gunakan untuk menggodaku, yang jelas kata-katanya ini begitu melambungkanku, suasanapun mencair. Kami mulai membicarakan banyak hal.
"Jujur saja sebenarnya aku sangat menyukai Tyas, ia pun telah mengetahui itu, dan aku yakin sekali bahwa perasaanku berbalas! bila tidak, kenapa ia mau menemaniku? tidak hanya kali ini, kami pernah berjalan-jalan, nonton bioskop, makan bareng, ayolah semua itu sudah cukup bukti kan?" batinku dalam hati, tapi hubungan kami memang unik, aku tak tahu sebenarnya apa yang kami lakukan, kami berdua tidak pacaran dan juga sepakat untuk tidak pacaran, jadi apa yang kami lakukan? saling menuggu? atau hanya saling bermain-main dengan perasaan? oh itu buruk! kamu tidak boleh mempermainkan perasaan orang lain! tapi entahlah semua ini karena hubungan kami bukanlah hubungan yang biasa, aku tak mampu menjelaskannya. Tapi hari ini sedikit berbeda, kami berbicara banyak hal, tentang kelas yang kami ambil, tentang film yang kami suka, tentang mimpi dan harapan, bahkan kami sempat menonton film di laptopku, kami juga sempat bermain-main dan bercanda seperti sepasang kekasih, hari ini kami lebih dekat dari biasanya, aku mampu merasakannya, aku menikmatinya, ketika kami saling bicara kami seolah benar-benar saling memahami, saling mengerti, dan menganggap semua yang kami bicarakan adalah penting hingga hal-hal yang detail, ketika menonton film kami seperti sepasang kekasih yang baru saja mulai mengenal satu sama lainnya dan belum tahu bagaimana cara berinteraksi yang nyaman bagi satu sama lain, ketika saling bercanda dan bermain-main kami seperti sepasang kekasih yang tengah melepas rindu setelah lama tak berjumpa, ketika kami membicarakan mimpi kami seolah sedang menyusun skenario besar bagi "kehidupan kami" nantinya. Ayolah semua ini benar-benar aneh, terasa terlalu indah, dan dalam kondisi yang tak lazim. Maksudku, aku bukan siapa-siapanya, tapi kejadian hari ini jelas tak bisa membuatku menyetujui pernyataan itu. Aku hanya ingin menjalaninya, menikmati tiap detik dari perjalanan ini, aku hanya ingin mengulanginya dan tak pernah merasa bosan karenanya. Aku menikmatinya.
Senyumpun mengembang di wajahku, terasa sebuah kedamaian dalam hati, seolah aku mampu menghadapi dunia, seolah aku bisa menjadi apapun yang aku mau, aku tersenyum dan bahagia, kutatap Tyas, ia tersenyum, lalu kudekatkan tanganku ke pipinya, ingin kusentuh pipinya, namun ia pasti akan merasa janggal, dan akupun akan merasa sangat malu, lagipula aku tak mau hal sekecil itu merusak suasana ini, maka kuputuskan untuk mencubit pipinya, ini akan lebih terlihat sebagai bentuk keusilan daripada ungkapan sayang, tak apa, aku hanya ingin melakukannya, tak perlu ia mengetahui secara harafiah, aku tahu! jauh didalam hatinya aku mengetahui bahwa ia merasakan berjuta sayang yang kuberikan padanya, tak usahlah ia menjadi kasihku, aku cukup nyaman dengan kondisi kami saat ini, senyumku bertambah lebar, pipiku memerah, kulihat pipinya pun memerah , ia tak melawan saat kucubit pipinya, hanya senyum kecil dari bibirnya yang manis menambah perasaan bahagia yang kini kurasakan di dalam hati kecilku. Lalu ia menghilang, perlahan namun pasti, ia begitu saja lepas, aku tak dapat menyentuhnya, bagai pasir yang tertiup angin ia menghilang! oh apa yang terjadi? Tyas kemana kau pergi? tanganku yang tadi di pipinya kini hampa, tak kurasakan apa-apa, aku begitu sedih, namun kemudian aku tersenyum. Rupanya ia datang lagi, sebuah khayalan yang terasa begitu nyata, sebuah fatamorgana, akupun hanya tersenyum getir. "Apa yang terjadi padaku? aku begitu merindukannya hingga kurasa hal yang seharusnya tak ada! ia bahkan tak nyata, ia tak ada disini! jelas sekali!" Tyas tak mungkin ada disini, aku hidup dalam dunia khayalku, sejak kapan ia berkuliah disini? entahlah, ia hanya suatu bentuk, suatu hal, suatu sosok yang aku rindu, kini ia hilang dari pandanganku, yang kusadari semua ini adalah bentuk rasa rinduku, namun aku tahu satu hal pasti, saat ku pulang nanti kan kutemui dirimu Tyas, kan kupastikan itu, lalu kita kan kembali bercanda, lebih indah dari yang telah kita lakukan tadi. "Karena aku yakin Tuhan punya rencana yang lebih baik untuk kita" tak sekedar cerpen, akupun membuka halaman baru majalah yang tadi kubaca.
__TAMAT__
No comments:
Post a Comment