I made this widget at MyFlashFetish.com.


I made this widget at MyFlashFetish.com.

Saturday, September 1, 2012

Mama

Belakangan ini sering sekali kudengar ibu menangis, ia begitu sedih karena tak ada lagi yang menemaninya, anak-anaknya kini kian besar, Putri Sulungnya telah hijrah ke australia, mengadu nasib sebagai akademisi, Putranya yang paling besar kini kuliah di Institut Teknik nan jauh disana, niatnya merantau dan keinginannya untuk terlepas dari kebergantungan pada siapapun mengantarkannya meninggalkan rumah dengan hati yang teguh, putra bungsunya lah harapan terakhir Ibu, dia telah dilepas sejak lulus SD, dididik di pesantren dengan harapan agar ia bisa menjadi pemuka agama, menjadi tumpuan harapan baru setelah sang kakak laki-lakinya nampaknya tak mampu dan lagipula tak memiliki kesempatan untuk menjadi pemuka agama yang benar-benar hebat.

akhirnya sang adik yang telah diterima di SMA terkemuka di kota tempat ia dibesarkan harus rela mencoba peruntungan di gontor, sang Ibu pun berusaha mengikhlashkan kesendiriannya demi melihat putra bungsunya menjadi Ulama, meski ia seringkali menangis...

---

singkat cerita si bungsu tak bisa menembus seleksi di gontor seperti yang diharapkan ia hanya mampu masuk di gontor 2 dari yang di targetkan di gontor 1, tapi selalu ada hikmahnya, itu berarti sang ibu kini punya teman di rumah, si bungsu tetap bisa jadi ulama entah bagaimana caranya, ia telah mengucapkan janjinya untuk tak lagi mengecewakan keluarga, si kakak laki-laki kemudian menyadari bahwa ia harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri, tak lagi menitipkan harapannya yang telah pupus ke pundak kecil adiknya, lebih baik kembali menyusun puing-puing mimpinya yang telah luluh lantak, ia harus mampu hidup untuk dirinya sendiri dan juga untuk orang-orang yang ia cintai, si Sulung untuk sementara akan menjadi contoh dan bahan didik bagi adik-adiknya, cerita-cerita kesuksesannya yang menyilaukan akan selalu memacu adiknya untuk berlari menuju tujuan lebih kencang.,,

---

aku, Putra Tertua akan diamanahi tanggung jawab oleh orangtuaku untuk menjadi pemimpin keluarga nantinya, pesan ibuku adalah untuk menyekolahkan adikku, jangan sampai kisah pahit ibuku semasa muda terulang kembali.

Ibu, aku perlu dorongan semangat, beban ini tak akan memberatkanku, kan ku ubah beban yang layaknya air berat ini untuk mengisi reaktor energi dalam jiwaku, dan menjadi potensi energi yang besar. dadaku membara mengingat detik ini, mengingat cerita yang selalu disampaikan engkau atau paman semasa aku kecil, tentang kehidupan yang keras, tentang perjuangan yang pelik.

kini kan kutulis ceritaku sendiri, kan kuukir namaku dengan tinta emas, kan kulewati pencapaianmu, pencapaian ayah, pencapaian keluarga ini. kini aku lah yang akan menapaki jalanku sendiri, aku tak ingin mengecewakanmu,  tidak juga ayah dan semua orang yang aku sayangi :)

No comments:

Post a Comment